Friday, August 18, 2006

Para Tetangga Kami

Kami sekeluarga beragama kristen. Walau pun menjelang akhir hayatnya nenekku menjadi pemeluk agama kristen namun sewaktu masih tinggal di rumah Ngabean ia belum beragama. Tetangga kami kebanyakan beragama islam aliran Muhammadiyah. Sahabat nenekku bernama Mbah Lurah dan waktu itu tinggal di daerah Nagan Kulon dekat Keraton, dahulu suaminya adalah mantan lurah.

Bila musim buah bergantian tiba, nenek sibuk membagi buah untuk para tetangga. Pada musim buah sawolah buah paling banyak bisa dibagikan sebab buahnya berjumlah ratusan. Buah dikelompokkan dan ditandai untuk siapa saja. Waktu itu belum ada tas kresek jadi buah diletakkan dalam baki dan ditutup sehelai taplak renda, itulah basa-basi orang "weweh" atau "memberikan hasil kebun pada tetangga". Ada yang untuk Ibu Haji Nuriah, Ibu Kepala Asrama Muhammadiyah di sebelah, Babah Aling, para sanak saudara dan handai taulan semua kebagian berkat dari kebun. Sebaliknya kami pun sering menerima "weweh" dari tetangga biasanya berupa nasi besek selamatan. Itulah uniknya hidup bertetangga di masa lampau.

Pada sore hari sekitar jam 4 biasanya nenek mengeluarkan "lincak bambu" di depan rumah dan melakukan "adang-adang" yaitu adat menyapa serta bertegur sapa pada tetangga atau kenalan yang lewat, tidak jarang mereka berhenti, duduk sebentar di atas lincak sambil minum teh panas manis dan menikmati ubi rebus.

2 comments:

Indigo said...

Jadi inget dulu di depan rumah nenek ku juga ditaro ceret dan gelas, untuk orang lewat yang kehausan.... jaman dulu kayanya hidup damai banget yah

Unknown said...

Theresa Jackson.. You have a great, lovely and generous grandma..